Learning Management System (LMS) Moodle sangat populer di dunia terutama dalam penggunaan pembelajaran digital di kampus-kampus ternama. LMS menjadi sangat populer sejak pandemi covid melanda dunia di awal tahun 2019.
Saya mengajar Prakarya kelas 9 dan saat PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) menggunakan LMS Online di Server sekolah dalam jaringan indihome dan ddns.net. Meskipun awalnya rumit, tetapi saya lebih nyaman dengan lms dibandingkan google classroom (GC). Kelemahan google classroom adalah harus diakses secara online, ketika PJJ sudah tidak ada lagi materi atau quiz yang telah kita buat di GC tidak dapat diakses secara offline di Lab Komputer atau di kelas Android. Dengan demikian, sangat merugi apabila content yang telah dibuat bertahun-tahun di GC menjadi sia-sia karena pandemi covid berakhir.
Berbeda dengan LMS Moodle, content yang telah dibuat selama PJJ dapat diakses kembali secara offline di Lab Komputer/Kelas Android hanya dengan merubah config nya. Hingga saat ini (Januari 2023) saya menggunakan LMS tersebut untuk pembelajaran di kelas Android dan Lab Komputer. Di sekolah tempat saya bekerja memiliki 3 Lab Komputer (100 PC) dan 330 TAB Android. Server Xeon RAM 16 GB saya setting LMS Moodle offline dalam jaringan LAN/Wifi menggunakan Mikrotik sebagai router, sedangkan untuk acces point(AP) saya gunakan TP Link Outdoor dan Unifi 6 Lite.
Dengan Topology tertentu, jaringan LMS tersebut dapat diakses serentak oleh sekitar 250 siswa secara bersamaan. Sudah kami ujicoba untuk PTS/PAS dalam 2 shift server down, 1 shift sekitar 400 siswa. Akhirnya saya split menjadi 3 Server LMS, sehingga kelas 7, 8, 9 dapat melaksanakan PTS dan PAS serentak menggunakan HP Siswa, TAB sekolah dan Lab Komputer.
No comments:
Post a Comment